Yep kali ini aku mau bercerita cewek yang
dulunya cuek dengan penampilannya ini dan sekarang sudah berangsur pulih karena
si cewek bermuka sangat polos ini mengaku bahwa dia barusan berumur 17tahun.
Dimana diumur segitu adalah keramat (*typo). Dimana diumur segitu adalah
tantangan khusus untuk remaja. Entahlah meskipun dia selalu cuek dengan
penampilanya, namun dia selalu nampak anggun dimataku (*uhuk). Dengan balutan
rok panjang dengan kerudung paris yang kadang ada kelopak mawar berwarna pink
terkadang tanpa hiaasan disana. Tentulah dengan kaos panjang yang sangat sedap
dipandang.
Berawal dari
rencanaku yang ingin mbolang (petualang) di kota orang (hahahaaa). Aku dengan
adel bersepeda santai menuju stasiun Bangil yang jaraknya cukup mengeluarkan
keringat untuk membasahi kerudung kami. Nia atau Munawaroh yang sudah sampai
duluan disana terlihat cukup bergembira dengan kedatangan kami. Dengan aturan
baru untuk membeli tiket sebuah kereta, 1tiket 1 tanda pengenal semacam KTP.
Namun kita adalah pelajar, sehingga tanda pengenal kami adalah kartu pelajar.
Namun kami datang hanya membawa 3 tanda pengenal kami untuk 5tiket. Tentu saja
si petugas melarang kami. Namun bukan nia kalau begitu saja menyerah. Akhirnya
nia kembali pulang dengan sepeda adel untuk pulang mengambil tanda pengenal
adeknya dan mbahnya. Tentu saja aku dan adel tertawa. Bayangkan saja, sebelum
masuk kereta api besok saja kartu pengenal kami diperiksa berdasarkan tiket
kami. Lah bagaimana bisa, dian teman kami bisa tua dalam waktu 24jam??
Singkat cerita,
Surabaya. Jujur saja, kami tidak tau jalan. Dian si peta kami, telah lupa
jalanya. Tapi nia, si lugu tanya ke polisi. Kiprahnya “POLISI ITU TUGASNYA
MENGAYOMI MASYARAKAT”. Dengan jari telunjuk kananya diarahkan keatas. Seperti
anak yang mau mendatangi rumah temanya, dia mengucap salam seperti biasanya.
Namun, si nia munawaroh ini mengucap salam dengan nada sok kenal. Kami semua
terpingkal pingkal. Malah lebih terpingkal pingkal lagi setelah salah satu pak
polisinya memanggil nia dengan sebutan BRO. Sama sama ngakrab.
Nah, malah si nia
berbuat ulah lagi. Sama dengan perjalanan awal, sepanjang jalan kenangaaaan
(*eh kok nyanyi). Sepajan jalan kita mendapat tempat duduk, yee walaupun
tiketnya tanpa tempat duduk. Dan sepanjang jalan itulah kami mendapatkan
pemandangan hanya orang asing dan beberapa pedagan asongan yang hafal dengan
semua barang jajanannya. Namun tidak dengan nia munawaroh. Dia menghabiskan
perjalananya untuk memjamkan mata alias ngebo. Mentang mentang badan ane tegap
(*sombong titik jos :D) karena pernah ikut extra sekolah paskibra, eh si muna
nyenderin kepalanya ke lenganku. Berbagai gaya tidur sudah nia praktekan di
samping kiriku. Aku hanya cuek. Hanya beberapa saja aku mencoba seperti nia.
Namun hasilnya gagal. Aku hanya melihat anak berkisar umur 12 tahun. Sedari aku
pertama melihatnya, dia hanya duduk dan mengunyah makanannya. Mulai dari tahu
sumedang, hingga nasi bungkus. Namun ia tak lupa dengan Tuhannya. Sebelum ia
memulai kunyahannya, ia menutup mata dan aku hanya melihat bibirnya sibuk
membaca do’a. Sesekali aku melihat ibu ibu dengan suaminya yang agak tua dengan
kulit legam nan eksotis itu. Mereka nampak tersipu ketika mereka mendapatiku
melihat mereka yang sedang suap suapan kacang. Hahaa dan otomatis mataku ditolehkan
oleh anak kecil lugu nan lucu yang sedang diciumi ibunya, lantas aku senyum
senyum sendiri.
Well, nyampe
dirumah sekita jam 3 sore dengan sedikit jengkel. Entah karena apa
Eh tapi ada
kejadian soswit biinggit loh (alay kumat). Kita disangka anak kuliahan lhoo. Mungkin
kita yang bawa tas dan berpakaian rapi (ahayde). Trus ngibulin orang angkotnya
soalnya kita ngaku anak kost. Hahaaa :P Maap yee pak
0 komentar: