“bu, kok ibu
pucat?”. Kataku sambil menenggak es teh yang memang siang itu memang terik.
“Cuman perasaanmu saja. Ibuk sehat”. Ujarnya sambil mengelap meja yang basah
karena es tehku. Namun ini bukan perasaanku saja. Wanita paruh baya itu yang
saat ini sedang memakai baju berlengan panjang, bercorak pink magenta dengan
renda putih dilehernya itu memang terlihat sakit sejak 2hari yang lalu. Dalam
kurun 2hari ini, wanita yang sangat aku banggakan itu tidak pernah kulihat
makan nasi. Mungkin itu yang menyebabkan wajahnya pucat pasi.
Setibanya aku
berkumpul dengan teman temanku dirumah Vivi. Rumah yang mempunyai latar lebar
dan ditemani pohon pohon rindang disana. Sehingga se-tinggi apapun suhunya,
tetap seperti seperti dikulkas. Aku yang ditemani Aris, cowok yang mengaku
bahwa dirinya menganggap aku lebih dari sekedar teman, atau yang bisa disebut
TTM itu memakai kaos jersey Barcelona. Riski, cewek imut berambut hitam panjang
yang sengaja digerai dengan pita rambut yang disematkan dirambut kanannya tiba
tiba melontarkan sebuah pertanyaan yang cukup mengagetkan nyawa nyawa
disekitar. “Laa, kenapa sih kamu kok pakek kerudung. Bukannya cuaca sedang
puanas yaaa?”. Tanyanya sambil kipas kipas. Aku yang memang disana memakai
celana hitam dipadukan dengan kaos tribal merah berlengan panjang dengan
kerudung pink yang sedikit pucat. “Oh, karena kita istimewa”. Jawabku sambil
memasang muka sok lucu. “hah?”. Tanyanya heran. “Karena wanita itu istimewa.
Karena kita istimewa, kami tidak mau memamerkan keistimewaan kita”. Jawabku
santai. “bisakah kamu memberi kita sedikit motivasi agar aku bisa
berkerudung?”. “perubahan itu penting. Namun kita berubah itu perlu proses. Aku
dulu sangat dipaksa pakek kerudung sama ayah. Sampek pernah dipotong pendek nih
rambut. Tapi sekarang yaa nyadar nyadar sendiri”. Jelasku pnajang lebar, yang
hanya menghasilkan muka mereka datar dan manggut manggut tak jelas.
Seperti it aku
membanggakan ayah. Bahkan aku sering memamerkan kesamaan kami kepada teman
temanku yang juga sering bercerita tentang sosok pemimpin ayah mereka. Bahkan
tak jarang aku juga menceritakan tentang kehebatan dan cerita kekonyolanku
kepada Aris. Hal itu yang pernah membuat Aris kengen dengan ayahnya yang
beberapa bulan lalu mengahadap Tuhan. Aku hanya merasa hanya ayah yang sering
mengantarkanku kemana aku inginkan. Karena ibu tidak bisa mengendarai sebuah
motor. Yaaah.. jadi kemana mana yaa sama ayah doang. Rekatnya juga sama ayah
doang. Tapi tetep bobok siang sama ibuk.
Semua hari adalah
hari baik. Entahlah aku tidak merasa ada kejanggalan dengan hari ini. Aku hanya
merasa bahagia karena semalam aku pulang dari rekreasi kelas dari Malang. Aku yang saat itu baru saja pulang dari
tempat kursusku, melihat ibuku bercucuran air mata. bersambung..
0 komentar: